mEt daTAng kawand...!!

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]


hiDupmu akan lebih inDah ketika kamu mamPu melihat seGala sesuaTu deNgan pEnuh syukUr...
Alhamdulillah...


Selasa, 23 Juni 2009

DAUN PUN JATUH TERELAKAN

Aku berlari secepat mungkin menghindari segerombolan perampok yang mengejarku. Melewati pasar-pasar dan jalan raya, berharap orang-orang mau menolongku. Aku masih terus berlari, tiba-tiba langkahku terhenti oleh sebuah tembok yang menghadangku. “Ya Allah, rupanya aku salah memasuki lorong” gumamku melihat tembok yang menjulang tinggi dihadapanku. Tanganku bergetar masih mendekap erat plastik hitam berisi uang yang pada bagian tengahnya terdapat bercak cat berwarna kuning. Uang itu yang sengaja diberikan paman pada aku untuk pengobatan ibuku yang saat ini dirawat dirumah sakit karena menderita kanker darah. Keringatku bercucuran. Aku begitu ketakutan, takut jika mereka merebut uang ini, takut jika ibuku tidak bisa segera diobati. Perampok itu terdiri dari enam orang, satu dari keenam perampok itu mendekat, perampok berkulit hitam pekat dan berbaju merah dengan celana jins bolong-bolong itu semakin mendekat. Pandangannya mengarah pada plastik hitam yang masih aku dekap erat. Langkahnya semakin mendekat dan kemudian, cess.. seketika uang itu telah berpindah tangan. Bukan lagi di tanganku ataupun di tangan perampok itu, tapi dikedua kaki burung cantik berwarna putih yang merampas dengan cepat dan membawanya terbang. Secara bersamaan aku dan perampok berbaju merah melihat kearah burung yang membawa terbang uangku maksudku uang yang aku pinjam dari paman. Aku bisa melihat keenam perampok itu ternganga, entah karena takjub atau karena mereka kehilangan rejeki bakal mereka dapat bersenang-senang. Dalam hati ingin rasanya tertawa melihat wajah dungu para perampok itu.
Tak lama kemudian segerombolan perampok itu pergi dengan tangan hampa. Aku bersyukur kepada Allah SWT karena mereka sama sekali tak menyentuhku, tapi sejujurnya aku sangat menyesali hilangnya uang itu. Jika tahu kejadiannya akan seperti ini aku tidak akan pernah datang meminta bantuan pada paman. Sehingga paman tak perlu mengorbankan kehidupan keluarganya sebab sebenarnya paman juga membutuhkan uang itu namun karena ingin membantu aku dan ibu, paman rela memberikan uangnya untuk pengobatan ibuku. Ingin rasanya aku menangis tapi kemudian aku urungkan, mengingat bahwa semua milik Allah dan akan kembali pada Allah. Aku berfikir dan tersenyum sesaat, kemudian bersyukur kepada Allah, karena uang itu tidak jatuh pada tangan perampok yang mungkin akan digunakan untuk bermaksiat. Mungkin Allah sengaja mengambil dari tanganku yang nyaris jatuh pada tangan perampok, untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkannya dari pada aku. Mungkin juga Allah mempunyai rencana lain untukku, wallahu a’lam. Yang pasti semua yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik, aku mencoba meyakiniku.

@@@

Sejak hilangnya uangku, aku harus bekerja lebih keras lagi agar mampu mengumpulkan uang untuk operasi ibuku. Sepulang dari tempatku bekerja. Aku berjalan di tengah malam yang gelap. Saat itu aku benar-benar kelelahan setelah seharian bekerja untuk mengumpulkan uang agar ibuku dapat segera dioperasi. Tanpa sengaja aku bertabrakan dengan seorang anak laki-laki yang bisa diperkirakan anak itu brumur sembilan tahun. anak itu terjatuh saat bertabrakan denganku, dengan spontan aku membantunya berdiri. Aku bersihkan pakaiannya dengan tanganku yang kotor akibat terjatuh. Aku bisa melihat dari wajahnya, anak itu terlihat sangat ketakutan dan sedih.
“Maafin kakak ya? Karena sudah menabrakmu” ucapku dengan lembut yang saat itu berdiri dengan lututku untuk menyamai tinggi anak kecil itu.
“Gak apa-apa kok kak” kata anak kecil itu denagn senyum polosnya seolah menutupi ketakutannya.
“Nama adik siapa?”
“Nama saya Ardi kak”
“Kok malam-malam begini ada diluar rumah?”
“Aa…anu kak, saya lagi cari ibu saya”
“Loh, emangnya Ibu adik kemana?”
“Tadi saya terpisah dari Ibu saya kak, sekarang saya gak tau Ibu saya dimana”
“Rumah adik dimana?”
“Saya gak tau kak” ucap anak tersebut sambil meneteskan air mata.
“Ya udah, adik gak usah nangis!. Gini aja, karena sekarang udah larut malam mending adik ikut ke rumah kakak. Besok pagi baru kita cari Ibu adik. Gimana?”
Anak itu hanya menganggukkan kepalanya.
Aku membawanya ke rumahku. Dan seperti janijku, keesokan harinya aku membantu anak itu agar bisa bertemu dengan Ibunya. Aku membawa anak itu ke tempat saat dia terpisah dengan ibunya, karena mungkin Ibunya kembali ketempat itu untuk mencari anaknya.
Empat jam aku dan anak kecil itu berada disana mencari ibu anak itu, namun kami belum juga bertemu dengan Ibu Ardi. Aku melihat gurat keputusasaan di wajah anak itu.
“Ardi gak boleh sedih, Ardi juga gak boleh putus asa. Ardy harus tetap semangat!, insyaallah jika Ardi gak putus asa, Allah akan mempertemukan Ardi dengan Ibu Ardi. Ardi juga harus berdoa pada Allah” Ucapku panjang lebar mencoba menyemangatinya.
“Iya kak” ucapnya sambil meneteskan air mata.
Aku seka air matanya dengan jariku.
“Ardi, ayo kita cari Ibu Ardi di tempat lain!” kataku sambil berdiri dan memegang tangannya.
“Ayo kak” semangat Ardi mulai nampak kembali.
Saat aku hendak melangkah ketempat lain, aku mendengar sebuah teriakan memanggil nama Ardi. Aku melihat kearah teriakan itu berasal. Di sana aku melihat seorang wanita yang berlari mendekati kami, dengan air mata diwajahnya.
“Ibu!” teriak Ardi sambil berlari kearah wanita tersebut.
Dari tempatku berdiri aku bisa melihat seorang anak dan ibu yang saling menyayangi itu berpelukan. Dari yang aku lihat, aku bisa membaca kalau wanita tersebut sangat menyayangi anaknya. Aku teringat akan ibuku yang saat ini terbaring di rumah sakit. Tanpa terasa, air mataku menetes. Aku yang menyadarinya segera menghapus air mataku kemudian tersenyum membalas senyum Ardi dari kejauhan sana. Mereka, ibu dan anak berjalan menuju padaku.
“Terimakasih karena telah menjaga anak saya!” ucap ibu itu dengan senyumannya yang lembut.
“Saya hanya melakukan kewajiban saya” ucapku.
“Kak, terimakasih ya! berkat kakak saya bisa bertemu dengan Ibu” kata anak itu dengan polosnya.
“Bukan karena kakak, tapi ini semua karena Allah. Jadi Ardi harus berterimakasih pada Allah”
“Alhamdulillah ya Allah! Terimakasih banyak ya Allah berkat engkau aku bertemu kembali dengan ibuku” lagi-lagi anak itu berkata dengan polosnya.
Aku tersenyum melihat kepolosan anak itu.
“Ya sudah kita pulang yuk!” kata wanita tersebut pada anaknya.
“Da..da.. kak!” kata anak itu padaku.
“Assalamu’alaikum dan sekali lagi terimakasih banyak!” ucap wanita tersebut.
“Wa’alaikumsalam”
Mereka semakin menjauh dan kemudian tak terlihat lagi.
Aku berbalik arah dan pulang. Hari ini aku sangat senang sekali, Karena bisa membantu anak dan ibu tersebut. Sesampai dirumah aku segera salat dzuhur dan bermunajat pada Allah mensyukuri segala nikmatnya serta berdoa untuk kesembuhan ibuku.
@@@

Tiga bulan lamanya aku banting tulang siang malam, menguras tenaga dan keringatku. Bekerja untuk dapat mengumpulkan uang halal, agar ibuku dapat segera diobati. Sesekali pernah terbersit dalam hati untuk mendapatkan uang dengan cara yang haram, namun syukurlah aku selalu diingatkan dengan firman Allah SWT ‘itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong’ (surat Al-Baqarah ayat 86). Aku tak mungkin menukar kehidupan akhiratku dengan kehidupan dunia, jika aku tidak mendapatkan keberuntungan di dunia biarlah aku beruntung di akhirat nanti. Dua hari yang lalu ibuku telah tiada, beliau dipanggil Allah SWT. Sejujurnya aku belum bisa jika harus kehilangan ibuku, dia yang senantiasa merawatku. Yang senantiasa tetap tegar menjalani kehidupan bersamaku meski ayah telah tiada. Aku harus tegar menghadapi semua ini, meski kadang syetan selalu datang menggodaku untuk meninggalkan Tuhanku. Namun aku tetap mencoba meyakini bahwa Allah menyayangiku. Meski selalu saja yang aku rasa dalam hidup ini adalah kepahitan, aku di tinggal oleh adikku, kemudian ayahku dan dua hari yang lalu ibuku. Aku bersandar pada sebauah pohon di taman dekat rumahku. Aku hela nafas panjang melepas segala rasa lelah. Aku mengadu kepada-Nya, yang selalu menjadi tempatku bersandar saat duka menyelimuti hatiku. Aku tak tahu harus tertawa atau menangis menghadapi waktu yang terus berputar, aku begitu merindukan-Mu dan keluargaku.
Aku teringat akan kata-kata ayah untuk merelakan semuanya kepada Allah, karena hidup dan mati telah di atur oleh Allah. Tidak ada yang bisa mencegah ataupun mempercepat.
Satu hal yang selalu aku yakini dalam hati, bahwa dibalik sebuah duka terselip berjuta kebahagiaan. Keyakinan itulah yang selalu mampu membuat air mataku yang menetes menjadi sebuah senyum yang menebar sejuta keharuman bunga-bunga dalam hatiku. Meski seringkali duka yang aku rasa, tak pernah sekalipun aku mengingkari keberadaan Allah. Justru dengan duka yang datang aku semakin merasa dekat dengan-Nya.
Aku masih menyandar pada pohon itu, aku hirup aroma segar taman dan kemudian memejamkan mata sesaat, seraya hati berkata “jika esok kembali seperti sediakala maka akan ku hapus air mata yang menetes hari ini dan dihari kemarin”.
Aku teringat akan firman Allah dalam Al-Qur’an surat An’aam ayat 32 yang artinya ‘dan tiadalah kehidupan didunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?’.
“semoga Allah memberikan tempat terbaik bagiku dan keluargaku di akhirat nanti. Amin”.
@@@

Ketika aku membuka kembali mataku, aku melihat di depanku seekor burung putih yang begitu cantik terlihat akrab dengan seorang anak kecil yang begitu tampak diwajahnya cahaya kebahagiaan. Di belakang anak itu terlihat seorang kakek mengikuti, yang pada tangan kanannya menggenggam sebuah plastik hitam. Mereka berjalan menuju ke arah selatan.
Burung putih itu kemudian terbang dan bertengger pada batang pohon. Aku terus melihat kearah burung itu. Beberapa saat kemudian burung itu terbang mengepakkan sayapnya menjelajahi cakrawala. Di saat bersamaan daun pun jatuh terelakan dari batang pohon, tuk biarkan pohon kembali menghijau. Aku tersenyum merasakan begitu besar kuasa Allah. Jatuhnya daun itu memberi pelajaran yang sangat berarti untukku. Aku harus mampu merelakan semua ini, dan bangkit menjalani kehidupan dengan hati tegar untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.
Aku pun mulai bangkit, menjalani hari-hari dengan penuh semangat. Aku awali dengan bekerja lebih keras lagi. Dengan langkahyang penuh dengan rasa optimis aku menapaki kembali kehidupan ini, bangkit dari segala duka.

@@@



Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, …. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. … Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.(Surat Huud ayat 112-115)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KoMentarnya yaa wt agku. . .^^

Ecsotis friend

Ecsotis friend
foto bareng sewaktu selesai ujian praktek agama tgl 28 April 2009