mEt daTAng kawand...!!

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]


hiDupmu akan lebih inDah ketika kamu mamPu melihat seGala sesuaTu deNgan pEnuh syukUr...
Alhamdulillah...


Jumat, 26 Juni 2009

sewaktu di madrasah

Kangen ayik, puput, citra, deni, imbron, nanda, dn smua temen madrasahq...
bnyak pengalaman lucu, menarik, menegangkan, menakutkan n menyenangkan bareng mereka...
tb2 ja ingt mrk, tb2 ja ingt swkt jlan d atas sbtang kayu d atas sungai, ingt wkt lari ktakutan saat lwt dpn rmh org gila, lari ktakutan klwr pagar rmh kosong tak brpenghuni wkt kaget tb2 kran air hidup sndri.. Ingt wkt smbunyi ruja'an dklz kosong smping klzq mpe2 ustadq ngira kmi sklz ga msk, igt wkt krudungq nyaris djatuhi mengkudu bsuk, igt wkt kmi jlan d ats tumpukn smpah yg bnr2 bau, hny utk nyari buah yg akhrx g qt mkan, igt wkt aq n tmn2 yg lain sll brfikr keras mcri jwbn utk mjwb tebakn ustad mansur agr bz pulg lbh cpt, igt wkt ngerjain ustad, igt wkt qt mæn petak umpet sat pljaran n lucux lg ustdhq jg ikutn mæn, igt wkt qt smua d bwt kaget olh crt2 ustad, igt jg wkt qt smua bralasn ign salat ashar tp ga tauny qt mlah maen dlwr sklh.. Aq jg msi ingt swkt smua ank kLz trmsuk aq mnaruh smpah d tmpt du2k ayik, ingt wkt aq jd kacung citra dgn nulisin ctatanx..hahahha.,
klo d igt2 smua it sngat lucu.. Pngen rasany kmbali..
Gmna y kbr mrk smua? Udh 5 taOn pisah..
Ap si Ayik msih jd yg pling dewasa d antra qt?
Ap si Citra msih se angkuh dulu?
Ap si Puput msih sllu ikutin kt2 citra?
Ap si Deni msih suka iseng?
Ap si Imbron msih jd penakut yg sok brani?
Ap si Nanda msih imut n baek kyk dlu?
dn, Ap Aan msh sdungu dlu?

Selasa, 23 Juni 2009

DAUN PUN JATUH TERELAKAN

Aku berlari secepat mungkin menghindari segerombolan perampok yang mengejarku. Melewati pasar-pasar dan jalan raya, berharap orang-orang mau menolongku. Aku masih terus berlari, tiba-tiba langkahku terhenti oleh sebuah tembok yang menghadangku. “Ya Allah, rupanya aku salah memasuki lorong” gumamku melihat tembok yang menjulang tinggi dihadapanku. Tanganku bergetar masih mendekap erat plastik hitam berisi uang yang pada bagian tengahnya terdapat bercak cat berwarna kuning. Uang itu yang sengaja diberikan paman pada aku untuk pengobatan ibuku yang saat ini dirawat dirumah sakit karena menderita kanker darah. Keringatku bercucuran. Aku begitu ketakutan, takut jika mereka merebut uang ini, takut jika ibuku tidak bisa segera diobati. Perampok itu terdiri dari enam orang, satu dari keenam perampok itu mendekat, perampok berkulit hitam pekat dan berbaju merah dengan celana jins bolong-bolong itu semakin mendekat. Pandangannya mengarah pada plastik hitam yang masih aku dekap erat. Langkahnya semakin mendekat dan kemudian, cess.. seketika uang itu telah berpindah tangan. Bukan lagi di tanganku ataupun di tangan perampok itu, tapi dikedua kaki burung cantik berwarna putih yang merampas dengan cepat dan membawanya terbang. Secara bersamaan aku dan perampok berbaju merah melihat kearah burung yang membawa terbang uangku maksudku uang yang aku pinjam dari paman. Aku bisa melihat keenam perampok itu ternganga, entah karena takjub atau karena mereka kehilangan rejeki bakal mereka dapat bersenang-senang. Dalam hati ingin rasanya tertawa melihat wajah dungu para perampok itu.
Tak lama kemudian segerombolan perampok itu pergi dengan tangan hampa. Aku bersyukur kepada Allah SWT karena mereka sama sekali tak menyentuhku, tapi sejujurnya aku sangat menyesali hilangnya uang itu. Jika tahu kejadiannya akan seperti ini aku tidak akan pernah datang meminta bantuan pada paman. Sehingga paman tak perlu mengorbankan kehidupan keluarganya sebab sebenarnya paman juga membutuhkan uang itu namun karena ingin membantu aku dan ibu, paman rela memberikan uangnya untuk pengobatan ibuku. Ingin rasanya aku menangis tapi kemudian aku urungkan, mengingat bahwa semua milik Allah dan akan kembali pada Allah. Aku berfikir dan tersenyum sesaat, kemudian bersyukur kepada Allah, karena uang itu tidak jatuh pada tangan perampok yang mungkin akan digunakan untuk bermaksiat. Mungkin Allah sengaja mengambil dari tanganku yang nyaris jatuh pada tangan perampok, untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkannya dari pada aku. Mungkin juga Allah mempunyai rencana lain untukku, wallahu a’lam. Yang pasti semua yang dikehendaki Allah adalah yang terbaik, aku mencoba meyakiniku.

@@@

Sejak hilangnya uangku, aku harus bekerja lebih keras lagi agar mampu mengumpulkan uang untuk operasi ibuku. Sepulang dari tempatku bekerja. Aku berjalan di tengah malam yang gelap. Saat itu aku benar-benar kelelahan setelah seharian bekerja untuk mengumpulkan uang agar ibuku dapat segera dioperasi. Tanpa sengaja aku bertabrakan dengan seorang anak laki-laki yang bisa diperkirakan anak itu brumur sembilan tahun. anak itu terjatuh saat bertabrakan denganku, dengan spontan aku membantunya berdiri. Aku bersihkan pakaiannya dengan tanganku yang kotor akibat terjatuh. Aku bisa melihat dari wajahnya, anak itu terlihat sangat ketakutan dan sedih.
“Maafin kakak ya? Karena sudah menabrakmu” ucapku dengan lembut yang saat itu berdiri dengan lututku untuk menyamai tinggi anak kecil itu.
“Gak apa-apa kok kak” kata anak kecil itu denagn senyum polosnya seolah menutupi ketakutannya.
“Nama adik siapa?”
“Nama saya Ardi kak”
“Kok malam-malam begini ada diluar rumah?”
“Aa…anu kak, saya lagi cari ibu saya”
“Loh, emangnya Ibu adik kemana?”
“Tadi saya terpisah dari Ibu saya kak, sekarang saya gak tau Ibu saya dimana”
“Rumah adik dimana?”
“Saya gak tau kak” ucap anak tersebut sambil meneteskan air mata.
“Ya udah, adik gak usah nangis!. Gini aja, karena sekarang udah larut malam mending adik ikut ke rumah kakak. Besok pagi baru kita cari Ibu adik. Gimana?”
Anak itu hanya menganggukkan kepalanya.
Aku membawanya ke rumahku. Dan seperti janijku, keesokan harinya aku membantu anak itu agar bisa bertemu dengan Ibunya. Aku membawa anak itu ke tempat saat dia terpisah dengan ibunya, karena mungkin Ibunya kembali ketempat itu untuk mencari anaknya.
Empat jam aku dan anak kecil itu berada disana mencari ibu anak itu, namun kami belum juga bertemu dengan Ibu Ardi. Aku melihat gurat keputusasaan di wajah anak itu.
“Ardi gak boleh sedih, Ardi juga gak boleh putus asa. Ardy harus tetap semangat!, insyaallah jika Ardi gak putus asa, Allah akan mempertemukan Ardi dengan Ibu Ardi. Ardi juga harus berdoa pada Allah” Ucapku panjang lebar mencoba menyemangatinya.
“Iya kak” ucapnya sambil meneteskan air mata.
Aku seka air matanya dengan jariku.
“Ardi, ayo kita cari Ibu Ardi di tempat lain!” kataku sambil berdiri dan memegang tangannya.
“Ayo kak” semangat Ardi mulai nampak kembali.
Saat aku hendak melangkah ketempat lain, aku mendengar sebuah teriakan memanggil nama Ardi. Aku melihat kearah teriakan itu berasal. Di sana aku melihat seorang wanita yang berlari mendekati kami, dengan air mata diwajahnya.
“Ibu!” teriak Ardi sambil berlari kearah wanita tersebut.
Dari tempatku berdiri aku bisa melihat seorang anak dan ibu yang saling menyayangi itu berpelukan. Dari yang aku lihat, aku bisa membaca kalau wanita tersebut sangat menyayangi anaknya. Aku teringat akan ibuku yang saat ini terbaring di rumah sakit. Tanpa terasa, air mataku menetes. Aku yang menyadarinya segera menghapus air mataku kemudian tersenyum membalas senyum Ardi dari kejauhan sana. Mereka, ibu dan anak berjalan menuju padaku.
“Terimakasih karena telah menjaga anak saya!” ucap ibu itu dengan senyumannya yang lembut.
“Saya hanya melakukan kewajiban saya” ucapku.
“Kak, terimakasih ya! berkat kakak saya bisa bertemu dengan Ibu” kata anak itu dengan polosnya.
“Bukan karena kakak, tapi ini semua karena Allah. Jadi Ardi harus berterimakasih pada Allah”
“Alhamdulillah ya Allah! Terimakasih banyak ya Allah berkat engkau aku bertemu kembali dengan ibuku” lagi-lagi anak itu berkata dengan polosnya.
Aku tersenyum melihat kepolosan anak itu.
“Ya sudah kita pulang yuk!” kata wanita tersebut pada anaknya.
“Da..da.. kak!” kata anak itu padaku.
“Assalamu’alaikum dan sekali lagi terimakasih banyak!” ucap wanita tersebut.
“Wa’alaikumsalam”
Mereka semakin menjauh dan kemudian tak terlihat lagi.
Aku berbalik arah dan pulang. Hari ini aku sangat senang sekali, Karena bisa membantu anak dan ibu tersebut. Sesampai dirumah aku segera salat dzuhur dan bermunajat pada Allah mensyukuri segala nikmatnya serta berdoa untuk kesembuhan ibuku.
@@@

Tiga bulan lamanya aku banting tulang siang malam, menguras tenaga dan keringatku. Bekerja untuk dapat mengumpulkan uang halal, agar ibuku dapat segera diobati. Sesekali pernah terbersit dalam hati untuk mendapatkan uang dengan cara yang haram, namun syukurlah aku selalu diingatkan dengan firman Allah SWT ‘itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong’ (surat Al-Baqarah ayat 86). Aku tak mungkin menukar kehidupan akhiratku dengan kehidupan dunia, jika aku tidak mendapatkan keberuntungan di dunia biarlah aku beruntung di akhirat nanti. Dua hari yang lalu ibuku telah tiada, beliau dipanggil Allah SWT. Sejujurnya aku belum bisa jika harus kehilangan ibuku, dia yang senantiasa merawatku. Yang senantiasa tetap tegar menjalani kehidupan bersamaku meski ayah telah tiada. Aku harus tegar menghadapi semua ini, meski kadang syetan selalu datang menggodaku untuk meninggalkan Tuhanku. Namun aku tetap mencoba meyakini bahwa Allah menyayangiku. Meski selalu saja yang aku rasa dalam hidup ini adalah kepahitan, aku di tinggal oleh adikku, kemudian ayahku dan dua hari yang lalu ibuku. Aku bersandar pada sebauah pohon di taman dekat rumahku. Aku hela nafas panjang melepas segala rasa lelah. Aku mengadu kepada-Nya, yang selalu menjadi tempatku bersandar saat duka menyelimuti hatiku. Aku tak tahu harus tertawa atau menangis menghadapi waktu yang terus berputar, aku begitu merindukan-Mu dan keluargaku.
Aku teringat akan kata-kata ayah untuk merelakan semuanya kepada Allah, karena hidup dan mati telah di atur oleh Allah. Tidak ada yang bisa mencegah ataupun mempercepat.
Satu hal yang selalu aku yakini dalam hati, bahwa dibalik sebuah duka terselip berjuta kebahagiaan. Keyakinan itulah yang selalu mampu membuat air mataku yang menetes menjadi sebuah senyum yang menebar sejuta keharuman bunga-bunga dalam hatiku. Meski seringkali duka yang aku rasa, tak pernah sekalipun aku mengingkari keberadaan Allah. Justru dengan duka yang datang aku semakin merasa dekat dengan-Nya.
Aku masih menyandar pada pohon itu, aku hirup aroma segar taman dan kemudian memejamkan mata sesaat, seraya hati berkata “jika esok kembali seperti sediakala maka akan ku hapus air mata yang menetes hari ini dan dihari kemarin”.
Aku teringat akan firman Allah dalam Al-Qur’an surat An’aam ayat 32 yang artinya ‘dan tiadalah kehidupan didunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?’.
“semoga Allah memberikan tempat terbaik bagiku dan keluargaku di akhirat nanti. Amin”.
@@@

Ketika aku membuka kembali mataku, aku melihat di depanku seekor burung putih yang begitu cantik terlihat akrab dengan seorang anak kecil yang begitu tampak diwajahnya cahaya kebahagiaan. Di belakang anak itu terlihat seorang kakek mengikuti, yang pada tangan kanannya menggenggam sebuah plastik hitam. Mereka berjalan menuju ke arah selatan.
Burung putih itu kemudian terbang dan bertengger pada batang pohon. Aku terus melihat kearah burung itu. Beberapa saat kemudian burung itu terbang mengepakkan sayapnya menjelajahi cakrawala. Di saat bersamaan daun pun jatuh terelakan dari batang pohon, tuk biarkan pohon kembali menghijau. Aku tersenyum merasakan begitu besar kuasa Allah. Jatuhnya daun itu memberi pelajaran yang sangat berarti untukku. Aku harus mampu merelakan semua ini, dan bangkit menjalani kehidupan dengan hati tegar untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.
Aku pun mulai bangkit, menjalani hari-hari dengan penuh semangat. Aku awali dengan bekerja lebih keras lagi. Dengan langkahyang penuh dengan rasa optimis aku menapaki kembali kehidupan ini, bangkit dari segala duka.

@@@



Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, …. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. … Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.(Surat Huud ayat 112-115)

Rabu, 03 Juni 2009

Cerpen : Sahabat sejati

:: SINOPSIS : Dalam kita bermujahadah untuk melaksanakan dakwah, banyak perkara yang diambil remeh atau terlepas pandang yang mungkin akan mempengaruhi dakwah gred apa yang akan kita wariskan kepada generasi seterusnya. Penulis buku Al Awaiq, Muhammad Ar Rasyid berkata, “Setiap orang akan bertindak dan memiliki sikap positif sekadar mana dia memahami erti persaudaraan. Ada yang memiliki ketinggian ukhuwwah dan ada yang gugur kerana rendahnya erti ukhuwwah dalam dirinya.”

Hayati mengemas pakaiannya ke dalam “back-pack”nya, sementara menunggu laptopnya “turn-off”. Kemudian, dia memperosokkan sahaja laptopnya ke dalam “back-pack”nya. Zuraida, teman sebilik Hayati memasuki bilik sambil membawa secawan kopi yang baunya semerbak sehingga memenuhi atmosfera bilik mereka.

“Awak tak tido umah malam ni ke?” tanya Zuraida.
Hayati sudah mengagak pertanyaan tersebut, lalu tersengih sahaja.”Huhu.. Sedihnya saya tinggal sorang-sorang lagi dalam bilik malam ni, tak de orang nak tolong segarkan saya kalau mengantuk masa study,” Zuraida merengek.

Hayati memakai tudungnya, sambil meniup-niup bucu tudungnya supaya kemas. “Alah awak ni, tiada keupayaan dan tiada kekuatan melainkan dengan Allah. Doa la banyak-banyak supaya Allah segarkan awak. Kadang-kadang, saya ni menggalakkan awak tido lagi ade lah.”
Zuraida mencebik. “Awak tido rumah sape pulak malam ni?”

“Rumah, err.. rumah.. Huda.” Hayati teragak-agak ingin menyebut nama Huda, kerana ini merupakan kali ke 3 dalam minggu itu Hayati bermalam di rumah Huda. Huda merupakan junior kepada Hayati, dia merupakan seorang muslimah yan gmempunyai keperibadian yang tulus, walaupun masih belum memahami tanggungjawab dakwah dan masih belum memahami sepenuhnya erti islam yang syumul.

Sejak Huda baru sampai ke bumi “Down Under” ini, Hayati telah pun menjalinkan hubungan akrab dengannya. Maklumlah, sayanglah sekiranya jiwa yang baik disia-siakan potensinya.
“Awak nak ikut, Zuraida?” Hayati cuba menghangatkan suasana.
Muka Zuraida terus berubah ceria, “Boleh juga!”

Walaubagaimanapun, ada konflik yang berlaku di dalam diri Hayati, dia dapati dalam dia memenangi hati mad’unya, kadang-kadang dia terasakan seperti mengabaikan hak sahabat-sahabatnya yang lain. Walaupun begitu, sahabat-sahabat serumahnya sangat “supportive”, dan sering memberi kata perangsang, serta ada kalanya sekiranya Hayati tidak sempat melaksanakan tugas mengikut “duty roster” rumah, pasti ada sahabatnya yang lain akan membantunya, terutama sekali Zuraida.

“Tunggu saya kemas barang saya kejap ye!” kelam kabut Zuraida meletakkan cawan kopinya dan terus mengemas barang serta menyalin pakaiannya.
Hayati dan Zuraida berjalan menuju ke stesen bas.
Zuraida melihat jadual bas, “Pukul 5.30 p.m baru bas sampai, sekarang baru pukul 5.15 p.m”
Hayati mengangguk, “Tak pe lah, kita dok sini dulu sembang-sembang”
Zuraida sengih lagi.

“Awak tau tak…” Zuraida memulakan bicara.
“Tak tau, hehe” Hayati berlawak.
“Tak pe lah.. tak jadi bagitau la kalau cam tu..” Zuraida terus merajuk.
“Alah, awak ni.. Saya gurau je..” Hayati cuba memujuk.

Zuraida memaksa dirinya untuk senyum kembali. Entah mengapa, sejak akhir-akhir ini, dia sangat mudah terasa dengan Hayati. Jauh di lubuk hatinya, Hayati merupakan sahabat yang paling dia sayang di kalangan sahabat-sahabat serumahnya. Mungkin kerana itu dia mudah terasa dengan setiap tindak-tanduk Hayati. Namun begitu, Zuraida merupakan orang yang pandai menyembunyikan emosi di sebalik senyumannya yang kelihatan tenang.

“Awak tau tak, dalam banyak-banyak kawan kita.. Awak la yang paling saya…..” belum sempat Zuraida menghabiskan ayatnya, tiba-tiba kedengaran bunyi hon dengan suatu suara kuat.

“Assalamualaikum.. Nak pegi mana tu?” Rupa-rupanya Sufiah. Sufiah “pull-over” kereta kecilnya yang berwarna merah. “Hayati, Zuraida.. Naiklah kereta saye ni. Tak sudi ke naik kereta buruk ni”
“Kami nak ke North Melbourne, are you heading that way as well?” tanya Hayati.

Zuraida yang belum sempat menghabiskan ayatnya, terkejut dengan kedatangan Sufiah. Zuraida tergelak kecil di dalam hatinya, dia terbayangkan Sufiah ibarat Mr Bean yang memandu kereta kumbang. Perbualannya dengan Hayati termati begitu sahaja.

“Come in, come in. Have a ride. I’m heading to Docklands. Boleh drop korang kat North Melbourne.” Kata Sufiah.

Dalam kereta, Sufiah memasang lagu UNIC, Sahabat Sejati. Zuraida yang duduk di belakang tiba-tiba membuka bicara, “Yati, ni lagu untuk awak.” Hayati senyum, “Terima Kasih”. Sufiah pula mencelah, “Saya ni tak de orang nak dedicate lagu ke?”. Ketiga-tiga orang sahabat tersebut tertawa.

Zuraidah memandang Hayati yang sibuk berceloteh bersama Sufiah. Zuraida mengalihkan pandangannya ke luar. Lagu terus berkumandang,

“Ku biarkan pena menulis
Meluahkan hasrat di hati
Moga terubat segala
Keresahan di jiwa
Tak pernah ku ingini”

Mungkin Hayati tidak mendapat mesej yang ingin disampaikan oleh Zuraida.

Zuraida sangat bersyukur kepada Allah, kerana mengurniakan seorang sahabat yang mempunyai semangat juang yang tinggi. Hayati merupakan sahabat fillah yang pertama yang Zuraida kenali. Hayati banyak memberi sokongan kepada Zuraida di dalam pelajaran, maklumlah Hayati pelajar yang cepat tangkap pelajaran. Namun begitu, sejak mereka melangkah ke tahun dua universiti, dan sejak mereka menerima kedatangan adik-adik baru, mereka jarang dapat menghabiskan masa bersama sepertimana dahulu. Zuraida sangat khuatir sekiranya dia ketinggalan, dari segi pelajaran, dari segi dakwah, dari segi tarbiyah, dari segi bilangan mad’u, dari segi segala segi.

Zuraida terus memerhatikan Hayati, ditenungnya sahabat itu puas-puas dan berdoa di dalam hatinya, “Ya Allah terimalah segala amal sahabat ku ini, dan ikhlaskan dia. Dan kuatkan dia sekira dia berasa lemah, dan ikhlaskan dia tatkala dia mengharapkan sesuatu selain Engkau”

Tiba-tiba, Zuraida terasa hatinya sangat lapang. Inilah yang dia mahu rasakan, selama ini perasaannya risau, sedih, bercampur-baur apabila Hayati sudah jarang bersamanya.
Benarlah seperti nasihat Kak Elin, “sekiranya kita ada rasa berat hati dengan seseorang, kita segera doakan kebaikan untuk dia, insya-Allah, syaitan yang cuba hasut kita tu akan lari lintang pukang. Dan malaikat pula akan mendoakan perkara yang sama untuk kita.”

Ini membuatkan Zuraida tersedar, bahawa kebergantungan yang mutlak itu terletak pada Allah. Dan sekiranya seorang insan itu tidak diberi penghargaan, dia tetap menjadi seperti pokok. Pokok yang menurunkan buah apabila dibaling batu.

Zuraida mahu berlari seperti orang lain, berlari menuju jannah insya-Allah, sama-sama tabah dan kuat dalam membawa risalah perjuangan anbiya’. Tapi, kadang-kadang, dia letih. Kerana lupa mengukur kapasiti diri. Mungkin kerana terlupa, Allah melihat usaha seseorang, dan bukan natijahnya.

Tapi, menjadi kebiasaan manusia. Sangat mengharapkan hasil positif di depan mata.
Zuraida terkenangkan Nabi Nuh, kisah dakwahnya di dalam Al Quran. Di dalam surah Nuh, Nabi Nuh merintih kepada Allah, beratus-ratus tahun, pagi sehingga malam menyeru kaumnya, tetapi hasilnya, hanya menyebabkan kaumnya semakin jauh daripada Allah.

“Ah, masakan aku yang baru setahun jagung dalam dakwah ini, mudah sangat putus asa ,” getus Zuraidah dalam hati.
Hayati melihat “rear-view mirror”, ternampak muka Zuraida yang serius.
Hayati membisikkan sesuatu kepada Sufiah, dan Hayati membawa keluar “handphone”nya.
Hayati menaip sms, “Salam, Huda. Maaf akak tak jadi ke rumah awak malam ni. Ada hal sikit. Nanti akak hantar pengganti akak pergi umah awak ye, hehe.”
Sufiah membuat “announcement”, “Baiklah, kita dah sampai Docklands. Selamat makan aiskrim Dairy Bell, jangan lupa saya.” Zuraida tercengang, Hayati turun dari kereta dan membuka pintu belakang, lalu menarik tangan Zuraida. Zuraida tercengang, “Eh, tadi Sufiah kata dia yang nak ke Docklands.” Sufiah terus memecut laju ke destinasi barunya. Kereta kecil merahnya berderum hebat.
“Jom la kita makan aiskrim sama-sama. Dah lama tak “outing” berdua,” Hayati mengajak Zuraida.
Zuraida akur sahaja. Dia terasa pelik, kenapa tiba-tiba Hayati tidak jadi pergi ke rumah Huda.
Hayati membeli aiskrim Chocolate Chips, dan mengambil 2 batang sudu kayu, “Jom dok kat tepi jeti tu..”

Hayati mula bicara, “Tadi kat stesen bas, awak nak cakap sesuatu kan….”
Zuraida tersenyum sahaja.
Hayati bicara lagi, “Awak tak boleh tipu saya dengan senyum tenang awak nih….”

Zuraida tersenyum lagi. Tapi, senyuman itu diikuti dengan air mata.

“Tadi saya nak cakap lain, tapi sekarang Allah ilhamkan saya untuk cakap sesuatu yang lain kepada awak,” kata Zuraida, matanya berkaca-kaca.
Hayati mengangguk, “Cakaplah..”
“Kalau awak nak masuk jannah, jangan tinggalkan saya.” Zuraida berkata sambil menahan air matanya yang semakin laju.

Hayati sangat terharu. Dia tidak pernah terbayangkan bahawa ada orang yang akan berkata begitu kepadanya, Hayati tak tahu nak respon macam mana, sedangkan dia sendiri pun terhuyung-hayang dalam perjalanan mencari syurga Allah.

Maksud sepotong ayat Al Quran, ” Di hari akhirat, terputus segala perhubungan kecuali orang-orang bertaqwa. ” Sungguh mudah untuk bercakap soal ukhuwah islamiyah. Namun nak menzahirkannya payah, apatah lagi hendak mengukuhkannya di dalam hati.

“Saya tahu Allah beri awak banyak kelebihan berbanding saya, moga Allah melindungi saya daripada hasad dan dengki, dan moga Allah menjauhkan awak daripada ‘ujub dan riya’ ,” Zuraidah menghela nafas panjang. Aiskrim Chocolate Chips tidak mampu menarik seleranya.
Hayati terpaku. Dia seakan-akan dapat membaca apa yang dirasai oleh kawannya. Benarlah seperti apa yang dia rasai selama ini, tindak-tanduknya yang banyak mengabaikan hak-hak sahabat-sahabatnya mampu mengundang virus ukhuwah.

“Saya nak minta maaf atas salah silap saya. Saya tau saya banyak tinggalkan awak sorang-sorang. I am lost myself. Kononnya keluar berdakwah tapi, banyak yang lain pula saya abaikan,” Hayati mula meluahkan isi hatinya.

Zuraidah berkata, “Saya pun minta maaf, asyik kadang cebik muka. Tapi, tak perlu lah kita mengungkit salah silap kita yang dahulu. Apa yang sudah tu sudah..”
Hayati menyambung, “Betul? Kosong-kosong!”
Zuraidah pula berkatai, “Kosong-kosong!”

“Insya-Allah, kita akan saling mengigatkan. Time kena study, kita pulun habis-habisan. Time kena keluar berdakwah, kita mujahadah sehabis baik, jaga amal fardi.. Kejutkan qiyam, ingatkan supaya puasa sunat!” Hayati mula meng”list-out” perjanjian di antara mereka.

“Kena tunai hak pada semua pihak yang ada hak ke atas kita, kena berlapang dada dan menerima setiap sahabat kita seadanya, saling memperingatkan, walau kita “fastabiqul khairat”, mudah-mudahan ada persaingan sihat.. dan last sekali …outing kat charcoal chicken dengan geng rumah dua minggu sekali, hehe..” Zuraida menyambung.

“Lillahi ta’ala!” Zuraida dan Hayati menyebut kalimah “kerana Allah ta’ala” serentak. Mereka tersenyum sesama sendiri.
“Jom makan aiskrim ni dah cair!!” Zuraida menyogok sesudu aiskrim kepada Hayati.
“Hehe..” Hayati tergelak kecil.
“Er… kita nak tido mana ye malam ni?” Zuraida bertanya.
“Hehe.. tak pe, kita tido kat bilik kita yang best tu lah… Sufiah tido kat umah Huda, insya-Allah” jawab Hayati. Zuraida terbayang Sufiah bersama kereta merahnya menuju ke rumah Huda. Sufiah memang seorang sahabat yang “sporting” dan lucu.

Kedua-dua sahabat itu tersenyum. Moga Allah memberkati persahabatan mereka, dan meneguhkan hati-hati mereka di atas jalan dakwah hingga bertemu denganNya. Itulah doa mereka berdua.

Jauh di mata, dekat di hati…

Senin, 01 Juni 2009

Tindakan kita Sebatas kita Memandang Dunia

Tindakan kita adalah cermin bagaimana kita melihat dunia. Sementara duni kita tak lebih luas dari pikiran kita tentang diri kita sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berparasangka positif pada diri kita sendir, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang da dalam pikiran kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apadari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita liahat. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.

Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri kita sendiri. Dan, dunia pun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi di balik penilaian-penilaian kita.

Ketekunan adalah kekuatan kita

Apa yang kita raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan terus-menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila kita yakin pada tujuan dan jalan kita, maka kita harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan kita bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Kita harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti dilanhkah pertama. Memang semakin jauh kita berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang. Beyangkan, andai saja kemarin kita berhenti, maka kita tidak berada disini sekarang. Setiap langkah akan menaikkan nilai diri kita. Apapun yang kita lakukan jangan, jangan sampai kita kehilangan ketekunan kita, karena ketekunan adalah daya tahan kita.

Pepetah mengatakan bahwa ribuan kilometer langkah dimulai dari satu langkah. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyak langkah-langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan harus kita mulai dari rumah kita. Rumah kita yang paling baik adalah hati kita. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Karena itu mulailah kemajuan kita dengan memajukan hati kita, kemudian pikiran kita, dan usaha-usaha kita. Ketekunan hadir apabila apa yang kita lakukan benat-benar berasal dari hati kita.

Berlayarlah menuju pantai harapan

Kita adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menentang angin. Kesejatian kita adalah berlayar mengarungi samudera, menembus badai dan menemukan pantai harapan. Sehebat apapun perhu diciptakan, tak ada gunanya apabila hanya tertambat di dermaga. Dermada adalah masa lalu kita. Tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan kita. Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan pada kita. Jangan biarkan masa lalu menambah kita disitu. Lepaskan diri kita dari ketakutan dan penyesalan. Berlayarlah. Bekerjalah.

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang, dan batu karang. Yang memisahkan kita dari dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri kita adalah berkarya menemukan keberhasilan.

Nikmatilah hidup ini 24

Seberapa luas dunia yang kita ciptakan? Banyak orang hanya memiliki dunia seluas meja tulisnya. Atau sepetak ruang kerjanya. Atau mungkin sebesar gedung kantornya saja. Pandanglah keluar. Tebarkan pandangan kita. Carilah ujung cakrawala. Nikmatilah cahaya matahari sore

Kesempatan terbaik 25

Sahabat

Periksalah kembali persahabatan yang pernah kita rajut. Apakah masih terbentang disana? Atau kita telah melupakannya jauh sebelum ini. Bekerja keras meniti jalan karier bukan berarti memisahkan kita dari persahabatan. Beberapa orang mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu berteman sepi, selalu mengerjakan apaun sendiri. Memang pohon yang menjulang tinggi berdiri sendiri. Perdu yang rendah tumbuh bersemak-semak. Demikiankah hidup yang ingin kita jalani?? Bukan. Jangan kacaukan karier dengan kehidupan yang semestinya. Persahabatan merupakan bagian dari hidup kita. Binalah persahabatan. Kita akan merasakan betapa kayanya hidup kita. Berbagi kesedihan pada sahabat, mengurangi kesedihan. Berbagi kebahagian pada sahabat, memperkokoh kebahagiaan.

Orang bijak bilang sahabat adalah satu jiwa dalam tubuh yang berbeda. Dan sahabat kita yang terdekat adalah keluarga kita. Barangkali, itulah mengapa bersahabat meringankan beban kita, karena di dalam persahabatan tidak ada perhitungan. Di sana kita belajar menghindari hal-hal yang tidak kita setujui, dan senantiasa mencari hal-hal yang kita sepakati. Itu juga kenapa persahabatan adalah kekuatan. Sebagaimana kata pepatah, hidup tanpa teman, mati pun sendiri.

Merasakan keindahan34

Tujuh keajaiban dunia37

Masalah adalah tantangan.

Bila kita menganggap masalah sebagai beban, kita mungkin akan menghindarinya. Bila kita menganggap masalah sebagai tantangan, kita mungkin akan menghadapinya. Namun, masalah adalah hadiah yang dapat kita terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, anda melihat kebarhasilan dibalik setiap masalah.

Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka hadapi dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses kita. Tanpa masalah kita tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup inipun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Buakn pula eraman hangat dimalam-malam yang dingin. Namun ketika mereka melempar anak-anaknya itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku. Sesaat kemudian, bukan kematian yang mereka terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila kita tak bisa mengatasi masalah, kita tak kan menjadi seseorang yang sejati.

Cinta...

Tuhan..

Saat aku menyukai seorang teman

Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir

Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan..

Ketika aku merindukan seorang kekasih

Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu

Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

Tuhan..

Jika aku hendak menyukai seseorang

Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu

Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

Tuhan...

Ketika aku sedang jatuh cinta

Jagalah cinta itu

Agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Tuhan..

Ketika aku berucap aku cinta padamu

Biarkan kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu

Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu

Sebagaimana orang bijak berucap

Mencintai seseorang bukanlah apa-apa

Dicintai seseorang adalah sesuatu

Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti

Tapi dicintai oleh Sang Pencipta adalah SEGALANYA

Manusia bahagia bila…

Manusia bahagia bila dia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memilki banyak hal yang berarti.manusia bias bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusai bias bahagia bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bias mencintainya dengan tulus.

Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tak bias diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada. Manusia buta karena egois dan hanya memikirkan diri, tak sadar bahwa ia begitu dicintai, tak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.

Ada teman yang begitu mencintai tapi tidah diindahkan, karena memilih, menilai, dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari padahal didepan mataada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling di perhatikan, paling di saying, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan. Padahal semua manusia memiliki peranan, hebat dan nomor satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai orang satu belum tentu oleh orang lain.

Kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalu berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati. Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya., mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain dan mau menerima orang lain.

Percayalah pada Tuhan, dan bersyukur kepada-Nya, bahwa kita selalu dinberikan yang terbaik sesuai usaha kita., tak perlu berkeras hati. Ia akan memberi kita disaat yang tepatapa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dab berbahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.

Cita-cita terbesar

Dalam sebuah perjalanan hidup, cicta-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang, serta menyika[i segala rahasia dalam kehidupan.

Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detak jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan.

Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu. Tiadak ada seorangpun melebihidari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam mensikapinya. Ada yang berjuang untuk melewatinya dengan membunuh waktu. Tidak pula sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang ia pinya.

Apa rahasia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh warna. Makna tentang cinta, ilmu dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan denagn iman hidup jadi terarah.

Cara Alam menghibur kita

Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa paying. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik dating membakar hari. Sebalkah kamu???

Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita cepat mempercepat langkah. Sebalkah kamu??? Mengapa keadaan sering kali tak bersahabat?? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut “ketidakmujuran”???

Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah.

Kesempatan terbaik

Kesempatan adalah waktu, karena ia hanya datang sekali.

Kesempatan adalah peluang, karena kita dapatv mengambil atau mengabaikannya.

Kesempatan adalah keluasan, karena ia membuka jala-jalan baru di masa depan.

Diahadapan kita berjajar pintu-pintu kesempatan tak terhingga yang terbuka lebar. Kita hanya dapat memilih satu dan tak akan ada jaln kembali. Karenanya, putuskanlah yang tebaik bagi kita sendiri. Nasib tidak memihak pada siapapun,mrlainkan pada keputusan kita sendiri.

Kata pepatah, matahari pagi tak akan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang tertidur nyenyak. Kesempatan pun tak akan mengetuk dua kali agar kita mau membukakan pintu keputusan kita. Bila toh dating lagi, ia menampakkan wajah yang berbeda. Dan kesempatan terbaik yang kita miliki adalah hidup yang sekali ini. Pergunakannlah bukan hanya sebaik-baiknya, namun yang terbaik-baiknya.

Tembok yang kokoh

Sebuah tembok terdiri dari dua hal, yaitu batu dan semen. Tanpa keduanya, tidak ada benda yang bernama tembok. Besar ataupun kecil. Batu bata yang tidak di semen, tidak akan menjadi tembok yang kokoh, dan apalah artinya tembok tanpa kekokohan.

Hal yang sama juga terdapat dalah hidup kita. Hidup kita terdiri atas waktu dan alas an untuk hidup. Adalah sia-sia bila kita menyusun banyak hidup kita jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun, tanpa menyadari alas an kita hidup. Sama seperti tembok yang tebuat oleh batu bata yang tak bersemen. Mudah goyah.

Kekokohan hidup kita bagai tembok yang disemen?? Hanya alas an untuk hidup kita yang membedakan antara hidup yang kokoh dan yang rontok oleh goncangan, namun kita selalu bias menyusun alas an untuk hidup yang kokoh.

Temukan alas an hidup kita hari ini, agar hidup kita bagai tembok yang kokoh, sama seperti anda meletakkan semen di antara batu-batu bata.

Ecsotis friend

Ecsotis friend
foto bareng sewaktu selesai ujian praktek agama tgl 28 April 2009